Senin, 27 Oktober 2008

CERMIN JIWA

Aku bunglon
Sembunyi dalam samar
Mimikri membelah asa
Bertopang resah

Kulit sisik, jiwa tersayat
Luka ringan, lecet
Namun hati berkeping sudah
Sendiri dalam hening
Galau

Inikah aku?
Bertopeng wujud sempurna
Ditonggak norma, patuh
Nayatanya ingkar, munafik
Hina

Ara 240902
Jangan jual nuranimu!

KENANGAN

Menerawang balik ke belasan
Berputar singkirkan awan
Menerobos segan
Tatap bangunan
Penuh kenangan
Kala sendiri berjalan
Hati tercekam bosan
Hingga muncul senyuman
Senyum ketulusan
Di mana pancaran cinta terlukiskan
Rasa kasih sayang tersemaikan
Melalui benang-benang pertemanan
Dan waktu mengukir kenangan
Dalam suatu bangunan
Di mana tangan
Ulurkan persahabatan

Ara 090303
Kado ulang tahun tuk Sahabat masa SMA

SIMFONI III

Ayat-ayat panjang
Membentang
Merekam tabir simfoni
Gelap…Siang
Bintang..Bulan
Dalam sujud

Ara 220308
Akhir segalanya kembali kepadaMu

SIMFONI II

Tumbuk tanah
Merah mengepul
Pandang
Kelilip mata
Tumbuk tanah
Getar berasap
Dengar
Serbuk menderu

Ara 220803
Ada aksi ada reaksi

SIMFONI I

Berjalan turun
Menyisir pucuk daun
Hantam karang
Surut gelombang
Pasang bernyanyi
Siri bergetar
Senar

Ara 220803
Lagu kehidupan

SAHABAT

Sembilan tahun waktu yang panjang
Untuk saling merajut menyimpul hati

Entah mesti ku berkata apa
Pada kebersamaan ini
Persahabatan. Ya…

Hingga jarak memisah
Mencipta skenario beda
Teman-teman baru
Kesibukan-kesibukan
Menyergap hampir seluruh waktu
Kebersamaan yang kita bangun
Terkunci dalam memeori

Tapi,
Ada saat memori lepas
Berlompatan
Menghambur kenangan
Mengisi kekosongan hatiku

Entah mesti ku berkata apa
Pada engkau, sahabat
Ladang jiwa

Ara 010703
Sahabat yang tetap di hati

ISTANA DI BALIK AWAN

Kaki-kaki kecil melepuh menapaki aspal
Tangan-tangan menggapai tulisi suratan
Membidik terbang
Melayang
Ke istana di balik awan
Sayang kabut terlalu tebal
Mata terpicing, gelap meraja
Tersuruk sunyi
Tertinggal

Ara 080803
Bermimpilah lalu bangunlah!

NYANYIAN HUJAN

NYANYIAN HUJAN

Dulu
Aku cinta lagu hujan
Denting berdenting irama rindu
Hantar kasih pada padi merunduk
Kadang aku mulai menyanyi
Tetes-tetes menyusup hati
Ajarkan nikmat

Sekarang
Aku benci lagu hujan
Tetes-tetes merembes
Menggerogoti kekuatan
Air bah menyergap
Dingin…
Terombang pilu

Aku mulai ragu
Di mana nyanyian cinta hujan?
Ara 280203
Menghadapi syukur dan musibah

DENDANG SUMBANG

Dendang sumbang

Klakson petang
Bergaung-gaung
Gedung malang
Tuli tertantang
Sunyi menegang
Tak pantang
Siang beromong
Nurani hilang

Ara 170203
Bicara soal nurani

SURAT TAK BERALAMAT

SURAT TAK BERALAMAT

Kepada Bunda yang tak bernama
Dari Nanda, pencari cinta

Bunda,
Apakah cinta?
Tujuh belas tahun Nanda bertanya
Tak kuasa Nanda berarti
Cinta adalah kata asing
Asing seperti dirimu, Bunda

Bunda,
Apa rasa cinta?
Tujuh belas tahun Nanda dewasa
Tak berdaya Nanda merasa
Apa cinta sedingin nokturno
Atau semerah cambuk mentari?
Jawablah Bunda…
Muarakan pencarian cinta Nanda

Tujuh belas tahun
Nanda mencari dan mencari
Cinta
Bunda
Ayah
Di mana?

Ara 140203
Thank u Mom and Dad

KEHIDUPAN

KEHIDUPAN

Hari ini laksana kemarin
Membuka mata berarti kerja berat menunggu
Bakul berisi bongkah-bongkah
Siap dipanggul
Lima sampai tujuh kilometer medan
Lewati kawah dan gunung
Dikejar waktu

Matahari mengawasi dengan ganas
Melecut-lecut siapa tak awas
Tempat teduh di mana?
Setiap langkah penyambung hidup
Setiap jengkal, dialog kata
Berhenti. Asap dapur tak kepul
Melangkah. Menyeret payah
Hati-hati Izrail mengintai melalui kawah merapi
Istirahat. Rengekan anak terdengar pilu
Berjalan. Beban berat tambah berat
Bongkah-bongkah
Saksi bisu kerja keras pemanggul belerang

Ara 040203
Hidup itu perjuangan

LUPA DIRI

LUPA DIRI

Saat adzan magrib berkumandang bisu
Di telan dunia virtua
Dianggap angin lalu
Bukan panggilan cinta
Ketika itu ruh-ruh suci telah termakan
Mata terbius
Telinga terayu
Terpaku pada benda mati

“Katakanlah kepada laki-laki dan wanita yang beriman
Hendaklah mereka memelihara kemaluannya
Yang demikian itu lebih suci bagi mereka” sepenggal ayat bercerita

Tapi,
Saat sayup-sayup adzan meredup
Mereka masih terpaku
Tertancap panah-panah syetan
Lupa diri

Ara 211002
Cambuk hati

TERORIS

TERORIS

Gema teroris
Menggema di pelosok bumi
Menuai hangus
Bom yang mendengki
Gembar-gembor
Tuduh tanpa bukti
Tangkap
Evakuasi
Fitnah

Di mana keadilan
Jika hukum lari
Tunggang-langgang
Berteriak “ Teroris… Teroris!!”

Faktamya?
Nyatanya?
Siapa teroris sebenarnya?

Ara 011102
Bicara tentang teroris

PERSAHABATAN

PERSAHABATAN

Teman,
Dalam perjalanan ini
Kita tumbuhkan kasih… paduan hati
Yang berkembang ketulusan
Dan berpagar persaudaraan
Lalu kita semaikan senyum
Yang merambatkan cinta
Hingga berbuah kepercayaan
Dalam kebersamaan

Ara 201102
Ukhuwah

SEBUAH TALENTA

SEBUAH TALENTA

Satu, dua … berpikir
Esok jadi apa?
Tiga, empat… berpikir
Ingin jadi orang
Lima, enam … berpikir
SD pun tak lulus bisa jadi apa?
Tujuh, delapan … berpikir
Hanya anak jalanan
Sembilan, sepuluh … berpikir
Esok bagaimana?
Makan apa?
Tak punya uang?

Sebuah talenta redup
Termakan zaman
Hilang

Ara 301002
Mencoba optimis dalam keadaaan apapun

RAHASIA

RAHASIA

Samudra biru, luas tanpa ujung
Berpalung resah, berdebur risau
Muara rindu
Ombak bergulung, menyapu pantai
Pecahkan karang, hanyutkan kerang
Hantarkan galau
Kadang badai ikut ramai
Membawa angin simpati
Topan pun datang
Ajak pasang enyahkan surut
Kapankah reda?
Nelayan menunggu
Tapi damai tak kunjung tiba
Angin tetap tersulut
Perahu tiada pesiar
Menanti labuh
Menunggu

Ara 130502
Dalamnya hati siapa tahu

TANGISAN TANAH

TANGISAN TANAH

Bambu-bambu runcing tegak tersandang
Ditopang mujahid, para pejuang
Entah kaum adat ataupun kaun paderi
Mereka tak peduli
Karena sama, saudara sebangsa
Terlalu bodoh untuk berperang sendiri
Sedang musuh tertawa-tawa
Berdiri di hadapan

Maka tatkala panggilan jihad menggema
Dipimpin Datuk Bandaro, Tuanku Imam Bonjol
Tanpa kenal takut, berjuang!
Berperang!
Bukan hanya hal fisik namun sampai aqidah
Pertahankan hak-hak asasi
Sudah bosan dengan penindasan, memang
Janji-janji kosong berbusa
Alunan dzikir terbang mencapai langit
Dan bermeditasi dengan alam

Tanah menangis
Meresap segala
Cinta, luka, ataupun darah
Pilu! Belasungkawa pada syuhada
Seolah enggan menimbun, mengubur
Dalam dasar yang gelap dan hampa

Namun mati bagi mujahid adalah penantian
Penantian undangan perak Jibril
Seketika itu tanah tertawa
Berbangga menjadi rumah abadi syuhada

Tapi sekali lagi tanah menangis
Ranah minang menjerit
Saat Benteng Bonjol direbut
Ketika Tuanku Imam Bonjol ditangkap, diasingkan
Hingga wafat di Manado
Sedang tanah hanya saksi bisu perjuangan

Tanah menangis dan kembali menangis
Seraya berdoa, “Kapankah perjuangan usai?”

Ara 150802
Kilas balik sejarah

PENAWAR GALAU

PENAWAR GALAU

Jangan bercermin pada laut
Laut itu risau
Penuh debur dan gelombang
Laut kan mengajak pada sesuatu yang panjang
Dikemas dengan buih
Indah memang namun fana

Jangan percaya dengan laut
Laut memang tenang
Namun pasang kan menerjang
Menghancurkan istana pasir yang kau bangun
Memporak-porandakan kepercayaan yang kau dirikan
Hingga akhir tanpa sisa

Bercerminlah pada danau
Danau itu asri
Dengan keanggunan yang terpancar
Bagai zamrud biru di tengah gurun
Oase penawar galau

Ara060802
Belajar percaya

AKU BUKAN SIAPA-SIAPA

AKU BUKAN SIAPA-SIAPA

Teman… ku bukan siapa-siapa…Tiada kenal nama
Namun …
Ku ingin berarti untukmu, kawan
Dihargai dengan senyummu, teman
Dicintai dengan hatimu…

Karena aku sama
Hanya seorang manusia
Yang memiliki hati

Ara010901
Sama-sama punya hati

PUING-PUING SESAL

PUING-PUING SESAL

Hijaunya daun sungguh berkesan
Terasa hidup penuh ceria
Begitu polos tanpa noda
Alam yang masih perawan

Kini berubah jadi nestapa
Tinggalkan puing porak poranda
Asap bergulung, api menyala
Melanda hutan, melanda alam

Mengapa?
Hilang ke mana zamrud khatulistiwa
Permata hijau berpudar hitam
Tinggalkan sesal
Datangkan bencana
Pada siapa mengadu?
Salah siapa?

Ara 180402
Mencermati zamrud yang berpudar

IKHLAS

IKHLAS

Lembar-lembar kosong
Tak berisi tak terpahami
Sungguh putih masih polos
Hati yang bening

Apakah yang harus dilukis?
Bila semua sudah tak tentu
Lukisan kan selesai
Bila ada niat dan gerak

Sedang hati sungguh tak pasti
Antara mau dan enggan
Peperangan warna
Hitam dan putih

Di mana kesungguhan hati
Ingin ku cari
Dan akan ku cari
Pasti ku temui

Ara 010101
Belajar ilmu ikhlas

LUKA

LUKA

Mendung bergelayut manja
Seolah takut berpisah
Menutup mata hati
Gelap

Hati beku, mengeras
Berderak seirama bambu
Patah dideru, dihantam badai
Hingga serpihan dalam, luka

Angin semburat gemas menyusul waktu
Berkejar-kejaran, terpatri paku lalai
Tinggalkan harap semu menyusul
Lolongan panjang
Sia-sia
Hanya fatamorgana
Mungkin aku angin

Ara  010602
Keep in touch!

DALAM TERANG

DALAM TERANG

Dalam terang kau bukan bayangan
Entahlah kau terlalu senang sendiri
Menyembunyikan diri dalam gelap
Hingga ku menyebutmu misteri

Dalam terang kau tak sendiri
Berteman mentari dan bintang
Namun sayang tak kau sadari
Pendar-pendar sinar keperakan jingga

Dalam terang kau bukan bayangan
Tapu kau cahaya
Lihatlah…

Ara 070802
Membangun sugesti positif

SAAT DUKA MENYAPA

SAAT DUKA MENYAPA

Saat duka menyapa
Tebarkan kata-kata
Dibungkus asap dan canda
Mengajak pertemanan
Persahabatan penuh sandungan
Sedang batin merasuk. Kelu!
Akankah diterima?

Ketika duka tersenyum
Tawarkan madu, racun padahal
Tertawa menyembunyikan taring
Mengaharap balas manis
Nyatanya menghisap darah dhuafa
Sanggupkah?

Ini cerita pilu Indonesia
Rakyat golongan mengengah ke bawah
Saat sapaan duka telah akrab di telinga
Dibalas dengan Hai
Padahal benci memang
Namun apa daya

Ketika keringat telah diperas berulang-ulang
Apa yang didapat?
Nyeri dan darah yang kian mengalir
Sementara duka selalu mengejar
Penuh ambisi dan agresif
Sedangkan kita lemah tanpa daya
Apakah ini yang dinamakan pasrah?

Ara 120802
Menjumpai sabar dalam duka

CINTA

CINTA

Kala ku agungkan cinta
Bebangga: “Aku pecinta sejati”
Ku sandarkan cinta
Dalam bingkai kecil berkaca
Di mana hanya cinta buta yang terlihat
Hingga tak sadar…
Gerak-gerik terawas
Tindak-tanduk tergerak
Ucap kata terucap
Atas nama cinta
Aku menjadi budak cinta

Aku lelah
Menjerit. Gelisah
Bertanya. Apa cinta?
Mengapa tak hantar tenang kala ku agungkanNya?
Ku mencari jawab. Hanya sesal ku dapat
Ya salah aku
Salahkan aku

Ku terlalu membagi cinta
Tanpa menumbuh cinta padaNya
Aku terlena. Tersesat dalam kefanaan

Lalu ku mencari Tuhan
Apakah Tuhan masih peduli?
Ku mencari dan mencari
Berharap
Kala ku jaring cinta
Ku jemput Engkau dengan Fatihah

Ara 030203
Dalam Fatihah

TERLUNTA-LUNTA MENGGAPAI ASA

TERLUNTA-LUNTA MENGGAPAI ASA

Terengah-engah berlari
Susuri negeri orang
Merantau, mengadu nasib
Mimpinya, hidup senang dalam buaian dolar
Harapnya, utang di desa lunas tanpa sisa
Anak-anak sekolah, keluarga bahagia
Nyatanya, pedih didera majikan
Hasilnya, terlunta-lunta di negeri seberang
“Pulanglah kamu!” usir mereka
Tapi…
Uangnya, Pak
Utangnya, Bu
Di negeri sendiri ongkang-ongkang kaki
Susah! Lowongan tertutup
Wiraswasta? Bagaimana bisa?
Kami hanya bisa tani tanpa punya lahan, Pak
Kami buta huruf, Bu
Kami tak punya modal
Kami putus asa…

Di penampungan
Kami terdiam
Terlunta-lunta dalam lapar
Terseret-seret dalam haus
Bingung
Esok bagaimana

Ara 230902
Menjumpai realita

UNTUK SEORANG SAHABAT

UNTUK SEORANG SAHABAT

Bergenggam erat menurut
Berbagi hati merekrut
Satu berpeluk
Satu jiwa elok
Pun jauh berbilang
Kilometer di ambang
Batas pun kandas
Menyatu
Berpadu
Berbagi

Ara 241002
Jarak bukanlah batas akhir persahabatan kita

JENDELA KABUT

JENDELA KABUT

Menggerak jiwa selaras tubuh
Bertaut gelepak-gelepak
Tersungkur hamba meronta
Paduan bimbang hitungan
Bosan gejolak fana
Pandangan menerawang
Hijau menghitam
Jendela buram
Payah ke payah
Kais mengeis
Hidup apa?
Hari pengulangan berulang
Laras kebosanan
Apa ke apa?
Gemuruh sia tertutup kabut

Ara 031002
Membuang konotasi negative

AKHIR SEBUAH PENYESALAN

AKHIR SEBUAH PENYESALAN

Setiap tetes darah yang mengalir
Adalah cinta
Memancar dan memadu
Mengalun kasih
Dibasuh keringat, jerih payah
Figure wibawa, Ayah…

Tiap tetes air mata
Ungkapan cinta
Belaian lembut jarimu adalah senyuman
Untaian katamu adalah harapan
Penyelimut setiap langkahmu, Ibu…

Namun apa yang kau peroleh, Ibu?
Kecewa, perih menghujam
Melihat aku tumbuh kering tanpa iman

Apa yang dapat kau banggakan, Ayah?
Setelah bertahun-tahun memupuk
Dan menyiram diriku

Tanah yang kering semakin gersang dan berdebu
Luka hatimu tak mampu kau bending
Menatap kehampaan dirimu
Tak harumkan namamu

Ara 140902
With love for my parents

SEPARUH JIWA

SEPARUH JIWA

Sekarang ku menangis
Seperti 16 tahun yang lalu
Saat diriku lemah tanpa daya
Harapan pupus
Hati hancur berkeping-keping
Bintang-bintang jauh tinggi tuk ku gapai
Angkasa terlalu luas untuk ku tapak
Mulukkah aku?
Pesimis, terbang menggapai angan
Sebab aku bukan bintang
Ku hanya burung kecil yang berkepak dengan satu sayap patah
Bertumpu pada angin
Terbang…
Oleng oleh sayup-sayup sesal
Ternyata ku masih sama
Seperti 16 tahun yang lalu
Ketika pertama kali menangis

Ara 080802
Saat Menjumpai Lemah

SYAIR DOA

SYAIR DOA

Nyanyian sumbang yang dicetus adidaya
Memandu orkestra kebiadaban
Di mana
Saudara seiman jadi lautan darah
Di mana
Suatu kota penuh air mata

Hari itu 20 Maret
Cabik hati tercabik
Nyanyian sumbang kebiadaban
Sayat luka tersayat
Orchestra melankolis Adidaya
Luapan emosi meledak
Berbaur aksi damai
Namun lemah bahkan semilir
Terbentur teritori
Hanya syair doa kukirim untukmu
Saudara…

Ara 210303
Syair doa

MEMILIH

MEMILIH

Genggam saja api
Jika tangan ingin terbakar
Injak saja duri
Jika kaki ingin terluka
Kontroversi adalah pilihan
Namun hati bukan pilihan
Hati adalah memilih
Memilih walaupun perih
Konsekuensi hidup

Ara  220803
Saat menjumpai pilihan

JIKA

JIKA

Jika saja sembilu membiru
Terpaku aku… kikir sendu
Sudut terlaku

Jika saja sembilu membiru
Muak aku… Panggil rintihku
Elakku
Ara 110803
Biru

PENJUAL MIMIK

PENJUAL MIMIK

Jalan suduti terik kipas asap
Menyembul gelap mencekik
Mengemper-emper tengadah
Tangan suarakan mimik
Debu compangkan diri
Lalat-lalat menciumi
Luka rawan borok biasa
Menengadah menegak melilit
Suara-suara sumbang
Siapa peduli?

Ara 210203
Tak sekedar menjual mimik

NYANYIAN KOTA

NYANYIAN KOTA

Di kota
Cinta perlahan mengetuk, Bunda
Perlahan, sangat pelan
Mencipta putera menunggu
Lama

Di kota
Serempak putera bernyanyi, Bunda
Jejingkrakan, larut berderu
Mencipta putera frustasi
Lelah

Di kota
Bunda menangis
Putera-puteranya durhaka
Jangan salahkan kami, Bunda

Ara 090603
Maafku Bunda

AJAL

AJAL

Menggigit-gigit rusuk
Linu merasuk-rasuk
Gemetar dengkul getar
Gemeretuk peluh jajar
Mengerut
Malam bermandi kabut
Siang dosa terbalut
Takut
Jumpa Izrail
Takut
Dingin tanah kubur
Takut diseret dosa, ditarik azab
Takut
Bara api neraka
Takut
Takut mati
Takut

Ara 181002
Takut mati

BATU-BATU DI SEPANJANG JALAN BERDARAH

BATU-BATU DI SEPANJANG JALAN BERDARAH

Teriakan ego
Menyulut api
Keberingasan remaja tanggung 17 tahun
Sepanjang jalan, seragam dipertaruhkan
Nyawa diobral
Persaudaraan dikoyak-koyak

Lantas hilang ke mana ciri khas bangsa
Katanya bangsa kita ramah
Nyatanya harga diri dijunjung tinggi
Hingga baku hantam tak peduli
Perbedaan digembor-gemborkan
Nama, seragam, sekolah

Lalu di mana persamaan?
Hening…
Batu-batu terbang menimpuki
Menjawab dengan darah
Keberingasan remaja tanggung 17 tahun.

Ara 091002
Kala perbedaan dijawab dengan darah

TENTANG SEBUAH DOA

TENTANG SEBUAH DOA

Ya Allah…
Jadikanlah hamba orang yang ikhlas terhadap semua ketentuanMu
terhadap semua pekerjaanku
Jadikanlah hamba orang yang sabar terhadap semua ujianMu
terhadap semua masalahku
Jadikanlah hamba orang yang bersyukur terhadap semua nikmatMu
terhadap semua milikku
Jadikanlah hamba orang yang pemaaf terhadap semua salah makhlukMu
terhadap semua kesalahan pribadi
Lalu Allah…
Mewujudkan doa itu dalam ujian
Ujian keikhlasan untuk menolong di saat hati tak mau mengikuti
Ujian keikhlasan untuk terus memperbaharui niat
Ujian kesabaran untuk tetap tersenyum menghadapi kekeringan
Ujian kesabaran untuk tetap tegar dan bertahan
Ujian kesyukuran atas nikmat sehatMu, Ya Rabbi
Ujian kesyukuran atas nikmat pemberianMu
Ujian memaafkan kesalahan teman
Ujian memaafkan kesalahan pribadi

Ya Allah…
Tapi mengapa masih ada keluh atas ujianmu ini?
Masih ada tangis bahkan asa yang tak berpijar
Hamba menangisi jiwa hamba yang begitu kerdil
Hamba mengangisi batin hamba yang begitu lemah
Mengapa masih ada keengganan?
Mengapa masih ada penyangkalan?
Tekad yang ingin mundur
Semangat yang surut

Ya Rabbi…
Tolong hapuskan gerutuan kami dengan keikhlasan
Marah kami dengan kesabaran
Tangis kami dengan kesyukuran
Iri kami dengan kemaafan

Ara 101008
Dalam doa

BODOH

BODOH

Bodoh itu pintar
Pintar membolak-balikkan alas an demi diri sendiri
Bodoh itu benar
Benar-benar tidak mau tahu dan ingin tahu
Bodoh itu sensitif
Sensitif dengan kepentingan pribadi yang ingin didahulukan
Bodoh itu belajar
Belajar mencari pembenaran atas prestasi kerja yang hancur
Bodoh itu sehat
Sehat dengan berpura-pura merasa tak ada yang terjadi
Bodoh itu bahagia
Bahagia bersama harapan palsu yang ditahu tak seharusnya
Bodoh itu ingin
Ingin memperpanjang angan yang diyakini salah
Bodoh itu aku
Eh bodoh itu anganku
Karena anganku aku bodoh

Ara 060708
Memberantas kebodohan

SEKEDAR

SEKEDAR

Kepada rasa yang pernah ada
Entahlah kenapa ia masih ada?
Aku bertanya heran sungguh keheranan
Sebab rasa ini mengaburkan segala
Cinta atau cinta yang lain

Entahlah kenapa rasa ini terlanjur kuat
Atau rasa ini memang telah bersemi
Atau aku yang sengaja memupuknya
Membiarkannya tumbuh
Membuatnya ranum

Aku saja yang kurang lama bersimpuh kepadaMu, Ya Rabbi
Hingga rasa-rasa yang lain masih tetap ku semai
Lebih dari cintaMu
Lebih bahkan aku lalai
Dalam Fatihah kutemui Engkau dengan hatiku yang separuh
Dalam sujud kutemui Engkau dalam lamunan
Bahkan dalam tilawah kutemui Engkau dengan nafas berat

Sungguh ke mana hatiku pergi untukMu?
Aku mencari dan mencari
Apa hatiku masih ada?
Atau malah telah bercerai-berai
Sekeping ada padanya
Sekeping tercerai dalam perjalanan
Sekeping tertinggal dalam lamunanku
Sekeping hilang karena aku alpa menghadapMu
Sekeping lagi di mana?

Potongan hati ini belum utuh, Ya Rabbi
Izinkan aku menghadapMu dulu, lagi bahkan selalu
Sambil kukumpulkan potongan lainnya nanti
Semoga aku bisa menemuiMu dengan hatiku yang utuh
Dengan hatiku yang putih
Bukan sekedar hati
Yang telah lelah bahkan remuk
Karena aku telah lama lupa
Karena aku telah lama alpa
Bagaimana berdialog denganMu
Sebab formalitas yang sekedar
Membuatku bertemu denganMu
Membuatku yang sekedar
Ya..Rabbi
Astaghfirullah hal Adzim

Ara 071107
Mengingat sekedar

DALAM KESENDIRIAN

DALAM KESENDIRIAN

Mencercau igau
Bercerita keluh kesu
Akal terganggu
Kenapa?

Negara kian terpuruk
Politik terlalu rumit
Akal tak mampu
Walau aku berdiam dan merenung
Hingga jerit-jerit sendiri

Akal hilang aku tak dianggap manusia
Orang-orang mencerca
Berkata-kata
“Gila… kau Gila”
Padahal aku hanya tertawa
Berteman dengan kesendirian

Ara 120902
Menjumpai banyak kegilaan

DIALOG MAHASISWA

DIALOG MAHASISWA

KKN
Tiga kata penyengsara
Senggol sana kantung sini
Perut gendut sendiri
Ini uang rakyat, Pak!
Penyambung hidup jutaan dhuafa
Mereka tertawa
Ha.. Ha.. Ha

Sembako melangit, Bu
Perut kami melilit
Hutang kami mencekik
Anak kami menjerit
Pinta makan, sekolah juga, Tuan
Kami menangis
Hu..hu..hu

Krisis unjuk gigi
Dolar naik, rupiah terpleset
Inflasi, Nyonya
Tenang-tenang…
Tabungan dolar bapak di Bank Swiss
Mobil impor Ibu mejeng di garasi
Investasi bunga Tuan jutaan per hari
Rumah nyonya berpagar permata dan berpondasi berlian
Keluarga terjamin
He..he..he

Tapi kami,
Hanya peminta, Pak
Hanya pengeluh, Bu
Hanya derita, Tuan
Hanya Boneka, Nyonya

Ara 160902
Kisah duka krisis

BAIT-BAIT TANYA ANGIN

BAIT-BAIT TANYA ANGIN

Angin menangis
Menghujat badai
Hujan rintikkan sendu
Sisakan bait-bait tanya
Kepergian Syuhada
“Mengapa?” Tanya semilir angin
Tuhan rindu
Tanah cinta
Berdebar rasa tiap aliran darah
Rindu…

Namun hujan tak mampu hapuskan Tanya
Angin berhembus. Bertanya “Mengapa?”
Cinta mendorong berjumpa
Menggapai langit
Cinta…
Angin terpaku
Iringan 1000 malaikat
Berbaur kepak sayap
Terbang menuju Jannah

Dalam doa …
Tangis berhenti
Larut menderu
Sebarkan wangi kesturi
Seraya berbisik,” Tumbuhkan pengganti”

Ara 250902
Akhir yang berarti awal perjumpaan

DIALOG KOSONG

DIALOG KOSONG

Dialog kosong
Tanpa kata
Tiada arti
Bicara sendiri
Dalam angkot kota
Melamun dan merenung
Berpikir tentang apa?
Bertanya pada siapa?
Orang-orang di jalan
Atau penumpang di samping kiri dan kanan
Mereka berada di dunia sendiri
Sedang aku terperangkap
Dalam dimensi waktu yang gemerlap
Lalai…
Dua jam berlalu
Setiap hari
Sepanjang minggu
Bertahun-tahun
Tanpa arti
Tanpa kata
Hanya dialog kosong
Astaghfirullah hal adzim

Ara 020902
Termenung saja

JERITAN ANAK JALAN

JERITAN ANAK JALAN

Kami ada namun tanpa nama
Entahlah mungkin kami hanya seonggok tanah berjiwa
Tergumpal … tanpa hati
Hati kami lebur, hancur, luluh tersapu angin
Serpihan hilang yang terhitung waktu
Namun sayang sekali waktu tak berpihak pada kami
Waktu berhenti tatkala menapak menyusuri aspal yang kian panas
Melepuhkan kaki, menyayat hingga sumsum tulang
Lorong-lorong hitam menyergap seolah enggan melepas
Krisis menyeringai, nasib menertawakan kebodohan

Kami ada namun tiada nama
Kami butuh cinta, bara penghangat jiwa
Ketakutan menggerogoti kekuatan perlahan-lahan tapi pasti
Keceriaan hilang pengaruh pelecehan
Luka yang kian bernanah
Kami mengiba meminta cinta

Di mana dengungan HAM?
Bila masa kanak-kanak terenggut tanpa kasih
Tidur berselimut malam berirama alam ditutup orkes melankolis perut
Di mana aspirasi HAM?
Jika sekolah jalanan kian panjang minim perbaikan
Di mana suara HAM?
Sewaktu kami tergolek tanpa daya di jalan?
Terinjak-injak bagai sampah

Jeritan kami, anak jalan sayup-sayup hilang
Kapankah terdengar?

Ara040802
Maafku bila terkadang telinga tak mendengar jeritanmu

PERJALANAN SEORANG HAMBA

PERJALANAN SEORANG HAMBA

Bagiku hidup bagaikan perjalanan
Tak tahu kapan berakhir, tiada tahu
Perjalanan penuh lika-liku
Dipenuhi kerikil tajam batu sandungan
Kadang pula diikuti bola salju
Besar, bulat, menggelinding
Menerjang tanpa terhadang, kencang

Bagiku maut laksana misteri
Mengikuti
Mengawasi
Menakuti denyut jantung dan aliran darah
Menunggu akhir
Menjerat dalam satu tarikan

Hidup, maut kan menghadang
Melaju senyap terbawa angin, menukik
Menembus batas, membawa dunia beda
Di mana mata, tangan, kaki bicara
Meminta tanggung jawab
Kembali menuju penantian
Pengantar keabadiaan

Ara 070502
Menghitung sisa perjalanan

DUKA

DUKA

Kejam
Dunia hitam
Hati bergetar pilu
Tatkala darah sekental air
Tertumpah, terserap, hilang disapu tanah
Kala nyawa terbuang, terinjak, tiada nilai
Harga diri tinggi mencapai langit
Akal hlang mata tertutup
Uang seagung tuhan
Nurani terbeli
Ironi

Ara  070502
Menangisi nurani

KISAH DI BALIK JAS PUTIH

KISAH DI BALIK JAS PUTIH

Jas putih kami berkibar
Terbasuh peluh dan darah
Namun senyum kami tetap sumringah
Walau hati kami ingin menangis
Menatap wajah-wajah di depan kami
Bertanya…
Menyapa…
Menyalurkan kekuatan
Melalui sentuhan bernama periksa
Berharap keluhan semakin minim
Bahkan hilang
Mengajarkan semangat melalui kata sabar

Namun sebagian wajah itu mengeluh dan terus mengeluh
Mengapa masih begini
Mengapa masih begitu
Dengan senyum kesabaran yang tetap kami tularkan kepada mereka
“Masih ada kekuatan di Atas kami
Yang melalui perantaraNYa kesembuhan ada.
Jangan pernah lupa Pemilik Kesembuhan itu,” ujar kami

Sebagian wajah mengerti
Sebagian wajah hanya mengangguk-angguk
Sebagian wajah malah memarahi kami
Serentak mereka berkata
“Engkau ibarat dua sisi
Tangan dewa yang menyembuhkan
Atau tangan Izrail yang mematikan”
Kami hanya tersenyum mendengar itu
Sudah teramat sering dan biasa

Profesi kami begitu terasing
Bekerja tanpa batasan
Tanpa pilihan
Selalu berusaha menjaga niat mulia
Bahakan keluarga kami tak bisa memahami kami
Lelah kami
Cemas kami
Khilaf kami yang tak terbatas
Kami hanya bisa berkata maaf
Namun wajah-wajah itu serentak kembali berkata
“Engkau laksana racun berbisa
Penyembuh atau pembunuh”

Sekali lagi kami hanya bisa tersenyum
Dan berkata maaf untuk rekan sejawat kami
Kami hanya seorang manusia biasa
Yang penuh keterbatasan
Namun dituntut kesempurnaan
Bertindak dengan kode etik
Berdasar inform consent

Ara 251008
Panggilan jiwa

MEMANUSIAKAN MANUSIA

MEMANUSIAKAN MANUSIA

Cerita ini bernama dilema!
Saat seorang pencuri wong cilik dihajar massa
Tak puas digunduli, ditelanjangi atau disudut rokok.
Aku ya hanya aku
Tak mampu berbuat apa-apa
Meski ia mengaduh atau minta ampun
Aku hanya perempuan
Bukan berarti mendiskriminasi gender
Tapi bisa apa di tengah orang-orang kalap?
Yang kepalanya ditumbuhi tanduk

Oh teman…
Bukan berarti aku membela pencuri itu
Aku pun kesal seandainya aku menjadi korban yang hpnya dicuri
Atau yang rumahnya dimasuki
Hanya saja pencuri itu tetap manusia
Ia tetaplah manusia yang seharusnya dimanusiakan
Walau pekerjaannya salah dan merugikan

Oh teman…
Aku memang mahasiswa yang mencoba idealis
Namun aku tahu kesanggupanku
Di satu sisi aku kasihan
Di lain sisi aku membenarkan
Hajaran kan membuat jera
Hai pencuri cilik jeralah sudah!!!
Tapi di sisi lain aku tak sependapat
Melihat kejadian yang ibarat film kekerasan
Ditonton warga: manula, dewasa, remaja, anak dan catat BALITA
Alamak manusia yang pikirannya belum ternoda
Telah menyaksikan fenomena manusia
Entah apa yang ia dapat
Bahwa memperlakukan manusia seperti binatang
Atau inilah cara berkelahi yang benar
Atau inilah dilema yang berlaku

Ke mana dikau Pak polisi?
Ah itu dia
Baru dilema
Ibarat pahlawan kesiangan
Padahal wong cilik itu sudah dihajar
Dari fajar hingga jam delapan
Pak dari mana???

Pak RT atau Pak RW tak mampu menghadang
Sebab ia malah teriak-teriak
“Arak-arak saja wong cilik ke gerobak”
Bukan mengetengahkan atau mencegah
Ia malah makin bernafsu menghajar
Bukan menyiram air tapi minyak

Pak polisi hanya diam
Ia pun hanya seorang polantas muda
Yang baru diangkat beberapa bulan silam
Yang hari ini baru bertugas
Eh dipanggil warga
Padahal ia seorang polantas
Ingat bukan polisi
Bukan haknya teman eh bukan wewenangnya kawan

Tapi Bapak bisa mencoba memanusiakan manusia
Saat pencuri itu hendak disiram minyak tanah
Dan ditampar kembali
Baru pak polisi bertindak
“Ia juga manusia, kawan!”
Maka dilema ini pun usai
Diiringi rombongan warga yang pulang
Terpisah-pisah
Entah apa ada pelajaran yang mereka ambil
Atau merasa kesal karena kehilangan tontonan

Ara  270506
Dilema wong cilik

KEGALAUAN

KEGALAUAN

Batin menjerit, hati teriak
Namun lidah kelu, tak mampu bicara
Ingin akhiri kesemuan nyata
Tapi langkah tertahan seribu beban

Lari… ku berlari
Susuri lembah berduri
Tertancap duri, terantuk ranting
Luka menganga terasa perih

Lelah… kulelah
Haruskah berhenti?
Sedang jalan masih membentang
Belum sampai akhir tujuan

Terseok-seok ku bangkit
Tertatih dalam ketidakberdayaan
Mencoba berdiri tak mampu
Mencoba berlari tak bisa

Ku coba merangkak bagai sang bayi
Dengan hati tulus dan pasti
Merebut keoptimisan
Menuai keberanian
Ku coba selangkah-selangkah
Setahap-setahap
Penuh harapan

Ara 280302
Saat galau berbuah gelisah

SEPETIK KISAH UNTUK SALING BERBAGI

SEPETIK KISAH UNTUK SALING BERBAGI

Dia yang kukenal adalah orang yang selalu bersemangat. Saat ia sudah bercita, inginkan sesuatu, ia berusaha. Sedangkan aku, sosok penuh ide, visi, namun sayang tak fokus. Berbagai tenaga dicurah tuk gapai mimpi, sayang kesabaran membatasi. Ingin instan. Hingga akhirnya terengah aku selesaikan semua. Namun mahakarya ini tak sempurna. Mahakarya yang tercipta melaui ketakutan2 hasil. Dan aku kembali kecewa. Merasa tak berguna.
Dia yang saya kenal mengajarkanku, bangkit dari kecewa. Menyusun langkah2. Memikirkan apa prioritas. Ia membuatku percaya akan kekuatan mimpi. Kekuatan berusaha, mencipta mahakarya melalui langkah2 panjang yang bernama proses. Berusaha yg terbaik saat berproses. Berusaha saat ini tanpa mengesampingkan hasil.
Dia yang membuatku menerima sudut pandang orang lain. Hingga membuatku mampu menerima saran dan kritikan.
Dia yang membuatku bernegosiasi, mengalah untuk menang. Demi win2 solution.
Dia yang membuatku berkomunikasi, mengungkapkan rasa serta cinta. Bahwa kata yg terucap melalui hati akan tetap membekas dan menghapus luka
Dia yang membuatku mampu berbagi dan menggenggam tangan
Sungguh, aku yang sekarang ada karenanya.
Dia menjadi bagian dari hidupku utk sekarang dan masa mendatang.
Tanpanya aku hanyalah batang bambu yang cenderung doyong. Semilir.
Jujur, dulu aku ingin sepertinya
Namun aku sadar Menjadi diriku tak harus sepertinya
Kami tercipta dengan keunikan yg berbeda
Dan kami sama2 istimewa
Dan kini kami berjalan berdampingan
Ia Tidak berjalan didepanku , Ia tidak berjalan di belakang
Sebab kami setara. Dan kami pun berjalan bersama. Walau rel kami berbeda. Ia tetap ada di sampingku. Saling menguatkan.
Hingga hari ini aku sempat bertanya.
Kenapa ia memutuskan berhenti dan keluar dari rel ini?
Ia merasa jalan yg sudah dilaluinya salah
Ia merasa tersesat, dan ia berlari dalam kepanikan.
Kawan, tenanglah, andaikata engkau terjun ke jurang, aku akan terjun lebih dulu untuk menangkap dirimu.
Andai setiap orang meninggalkan dirimu, masih ada aku.
kembalilah, Kawan
biarkan kita berjalan berdampingan
sampai saat itu
Aku tetap menunggu sambil mengumpulkan potongan hatimu yg tercerai-berai
Berharap kau kembali. Ceria. Tertawa. Bersemangat.

Ara 230408
Tuk sahabat yg telah memberikan banyak arti hidup

HARI PERTAMA SEMESTER SATU

HARI PERTAMA SEMESTER SATU

Kumasuki kampus kelabu
Dengan wajah sendu
Menapak tangga selangkah
Namun berat menggantung

Ini hari pertama semester satu
Buku pelajaran mesti berganti
LKS pun sama ikut memeinta
Kulihat daftar harga
Enam limit dengan angka dua di depan
Bayar dengan apa?

Ini hari pertama semester satu
SPP masih tertunggak
Sepatu berjempol
Kalkulator tetap menunjukkan enam limit
Dengan angka dua bukan tapi angka tiga di depan
Penat semakin mencekik
Hari-hari puasa tanpa jajan

Ini hari pertama semester satu
Berharap enam limit berganti lima limit
Namun semua pupus
Enam limit tetap menyeringai seolah bersahabat
Padahal aku muak

Ini hari pertama semester satu

Ara 040802
Mengenang sulitnya semester satu

SEKEDAR DIALOG

SEKEDAR DIALOG

“ Adakah hari di mana kita bisa bersanding mesra bersama?”
Tanyaku pada temanku Hukum

Hukum hanya menyeringai dan menatapku lama
“Kami hanya ingin semua pasti, Sobat.
Kami awasi. Semua terkendali.”

“Tapi bukan berarti membuntuti.
Atau mencari titik lemah kami.
Memepersalahkan kami.
Menyandingkan kami dengan pidana.”jawabku lagi

“Itu jika kalian berbuat salah, Sayang.
Kami ingin kesempurnaan”Senyumnya kembali terkulum

“Tak ada yang sempurna, Sobatku.
Kesempurnaan semua kembali padaNya.”kataku

“ Kawanku, sekarang ini masyarakat semakin pintar.
Bukan zaman keemasannya lagi kaum kalian berkuasa.
Cermatilah kaum kalian.
Begitu matrealis.
Memperjualbelikan nyawa.
Oleh karena itu kami ada.” Jawabnya

“Buah jeruk tak semua manis.
Ada asam. Ada pahit.
Tapi beberapa.
Janganlah menggeneralisir, kawan!
Lihatlah juga diri kalian sendiri.
Ada beberapa atas nama malpraktek mengambil keuntungan.”

“ Lantas apa yang kalian mau?” Tanya hukum dengan sengit

“Kami ingin kita kembali bergandengan tangan.
Berjalan mesra bersama.
Tidak menyamakan kami dengan pidana.
Bisakah kami berada dalam UU profesi saja.
Yang bila kami salah tidak langsung masuk bui.
Ada sedikit toleransi.
Bukankah kalian adalah pelindung.
Pelindung seluruh lapisan rakyat.
Bisakah kalian member perlindungan pada kami?” pintaku

Temanku Hukum. Hanya terdiam. Tak tahu berkata apa.

Ara 261008
Sekedar dialog tanpa maksud buruk

TUHAN

TUHAN

Aku tinggalkan Tuhan dalam kelukaan
Meratap
Mengais-ngais sampah
Menghujat takdir, menjerit
”Kejam!
Ini tak adil, Tuhan!
Setinggi harapan menggapai
Serendah aku terjatuh
Mengapa?”

Lalu
Ku agungkan tuhan-tuhan dalam keangkuhan
Tidur dipelukan mereka
Hingga aku hanya pemimpi

Aku menjerit dan terus menjerit
Mengais-ngais sampah.
Hingga tak sadar aku adalah sampah
Tanganku luka
Hatiku kering
Akalku buntu
tuhan-tuhan tak mampu menolong

Aku Lemah
Butuh Engkau, Tuhan
Keabadian adalah diriMu
Tempat hamba berpasrah
Aku tersungkur dan bersujud
Bertaubat

Ara 071002
Curahan hati hamba yg lelah melangkah

AKU PUNYA SEPENGGAL CERITA DENGANNYA

AKU PUNYA SEPENGGAL CERITA DENGANNYA

Aku punya sepenggal cerita dengannya disini
Seseorang yang bisa kupanggil sahabat
Mengores kisah bersama,
Menerima,berbagi, tertawa, menangis
Aku dan kamu menjadi kita

Namun,...
Terkadang aku mencabik-cabik hatimu
Terkadang aku menikam ulu hatimu
Kau tulis semua salahku diatas pasir
Dan akupun menulis salahmu diatas pasir
Agar saat angin maaf berhembus
Tulisan kita hilang tak bersisa

Sahabat,...
Darimu aku belajar
Kebesaran jiwa
Keoptimisan
Percaya diri
Terbuka
Menatap masa depan
Kesederhanaan
Terima kasih sahabat

Mungkin kisah kita tak akan abadi
Sebab ada suatu masa dimana kita akan pergi ataupun ada suatu saat dimana akan ada wajah baru
Sahabat baru akan hadir
Sahabat lama akan pergi
Pergi bersama musim

Sampai saat itu tiba
Kunikmati kebersamaan kita
Sambil mengucapkan maaf dan trima kasih
Hingga walau waktu memisahkan kita
Memori tetap terkenang
Lalu aku ataupun engkau
Akan berkata kepada sahabat baru
“aku punya sepenggal cerita dengannya”

Ara 161206
Spesial tuk sahabat

hari-hari puisi

Apa menariknya puisi? Suatu hari sahabatku bertanya… saat itu aku baru berpikir apa menariknya? Kumpulan kata yang bahkan kadang pembaca sendiri tidak tahu apa inti kata tersebut. Tapi itulah seninya puisi. Apalagi puisi kontemporer yang tidak terikat melalui aturan2 yang baku. Maka aku semakin mencintai puisi. Kerap dan tiap membaca puisi karya pujangga besar rasa kagum kembali menyergap. Bagusnya. Subhanallah. Aku pun kembali terpekur dalam bait2 kekaguman. Dan saat aku menatap karyaku aku kembali tersadar. Mengapa biasa sekali? Bahkan tidak memuaskan hati. Kecewa kembali meyergap. Benarkah ada bakat yang membuat seorang penulis menjadi terkenal. Iya 1% 99% adalah kerja keras begitu guruku pernah berkata. Maka dari kekecewaan itu aku bangkit dan kembali menulis puisi yang tak pernah sempurna. Namun aku ingin berbagi dengan kalian semua. Tak perlu kalian tanya siapa aku. Dengan segala kerendahan hati, aku menampilkan karyaku (daripada lapuk termakan rayap)he3. Mungkin aku bukanlah pujangga. Yang pandai merangkai kata. Hanya berbekal kecintaan terhadap sastra. Izinkanlah aku bercerita melalui bait2 yang kita kenal puisi.