Senin, 15 Desember 2008

UNTUNGNYA HIDUP BUKAN MONOPOLI

Bukan Puisi (Opini)

Pernah main monopoli? Dalam permainan monopoli, seorang pemain mengandalkan 90% keberuntungan 10% strategi. Menggantungkan langkah pada kocokan dadu. Yang paling banyak kompleks, uang, dialah sang penguasa. Berhak memonopoli. Tak menyisakan atau menyisakan sedikit saja untuk golongan minoritas yang tak elak makin tertindas. Makin kere. Dan berakhir bangkrut.

Kadang bila keberuntungan tak memihak, rumah ataupun hotel yang dibangun menjadi sia-sia. Tak pernah disinggahi pemain lain. Sekali lagi, semua berorientasi uang. Keuangan yang maha kuasa.

Untungnya hidup bukan monopoli. Tak pernah ada kesia-siaan dalam hidup. Bahkan seekor lalat yang kita lihat tak berguna ternyata mampu mengajarkan arti kebersihan bagi manusia. Nilai akhir memang penting tapi proses tetap tidak dipandang sebelah mata. Semua proses dicatat oleh Yang Maha Kuasa. Bukan Uang tapi Tuhan Pencipta Pembuat Uang itu sendiri.

Untungnya hidup bukan monopoli. Kompetisi tidak membuat kita bangkrut tapi mengajarkan arti kemandirian dan sabar. Mengajarkan arti tolong menolong antara kaya dan miskin. Mengajarkan kita untuk melihat ada hak dhuafa dalam tiap rupiah milik kita. Mengajarkan bahwa harta adalah amanah, titipan yang gampang sekali lenyap.
Ini hidupku. Hidup ideal bagiku. Sementara saat ini hidup hampir seperti monopoli. Maka teriakku kembalikan hidup seperti saat bukan permainan monopoli. Jawabannya satu kembalikan esensi ruh beragamis bukan sekulerisme.

Ara151208
Saat asyik main monopoli

Tidak ada komentar: